Ciwidey merupakan tempat wisata favorit di Bandung Selatan. Pesona alam memukau membuat para pelancong lokal maupun asing tak bosan untuk mengunjunginya. Hamparan kebun teh menawarkan kesejukan, sumber air panas memberi kehangatan alami, pun dengan kawah putih yang menghadirkan dimensi berbeda.
Namun siapa sangka, di tengah tingginya angka kunjungan wisatawan yang datang ke Ciwidey ternyata menyisakan cerita pilu. Rata-rata tingkat pendidikan warga di sekitarnya hanya tamatan SMP. Gambaran tersebut sebenarnya mewakili kondisi pendidikan secara umum di Kabupaten Bandung.
Kondisi demikian membuat para relawan Kelas Inspirasi Bandung berinisiatif untuk turun tangan, menyalakan harapan masyarakat di sekitar Ciwidey, khususnya di perkebunan teh Rancabolang agar lebih memperhatikan tingkat Pendidikan. Melalui gerakan Saba Desa, sebanyak 14 orang relawan narasumber yang datang dari berbagai profesi berbagi cerita tidak hanya kepada para siswa melainkan juga kepada para guru maupun masyarakat. Sementara tujuh orang relawan dokumentator mengabadikan setiap momen tersebut.
Koordinator Saba Desa, Juliarta Gultom mengemukakan, para profesional diajak untuk berinteraksi secara langsung dengan siswa, guru dan masyarakat di kawasan perkebunan teh Rancabolang, tidak jauh dari pusat wisata Ciwidey. Kegiatan berlangsung selama empat hari pada 21 – 24 Juli 2017 lalu.
“Saba Desa memang berbeda. Selama empat hari para relawan berada di Rancabolang untuk berbagi inspirasi tidak hanya kepada siswa, melainkan juga kepada guru dan masyarakat setempat. Gerakan ini merupakan bentuk nyata turun tangan para profesional yang peduli terhadap masa depan Pendidikan Indonesia,” ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan bisa menyalakan harapan siswa, guru dan masyarakat di sudut Kabupaten Bandung. Bahwa cita-cita meraih tingkat pendidikan yang lebih tinggi merupakan milik semua orang dan ternyata banyak pilihan profesi yang bisa mereka pilih dan impikan untuk kemudian diraih dan dikejar, lanjutnya.
“Bagi relawan sendiri, Saba Desa diharapkan menjadi ajang yang tepat agar mereka mendapat gambaran langsung mengenai kondisi sekolah di desa. Selain tentunya sejenak melepas kegiatan rutin dan mendapat pengalaman baru dengan berinteraksi, bertukar pikiran atau cerita dengan orang-orang baru,” beber Juliarta.
Salah seorang relawan narasumber, Arthur Situmeang menyatakan, Saba Desa membuatnya bisa menjadi satu bagian tidak hanya dengan sesama manusia melainkan juga dengan alam. Interaksi dengan masyarakat setempat membuatnya terinspirasi dan memberikan warna lain dalam kehidupannya.
“Berbagai kegiatan yang tersusun rapi dari detik pertama kami menginjakkan kaki di Rancabolang hingga lambaian tangan perpisahan kami di hari terakhir sungguh telah berhasil membuat buku kehidupan kami, atau setidaknya saya, menjadi lebih kaya akan isi dan makna,” tutur Arthur yang berprofesi marketing & communication managertersebut.
Kesan serupa dirasakan oleh Ratih, relawan narasumber yang berprofesi sebagai head design. Menurutnya, Saba Desa diharapkan tidak berhenti hanya di gerakan turun tangan selama empat hari melainkan ada aksi lanjutan agar dampaknya bisa lebih terasa bagi masyarakat sekitar.
“Saba Desa bisa juga dijadikan kegiatan survey perilaku terhadap warga desa sehingga mendapatkan kesimpulan permasalahan yang ada. Tentu saja tidak mungkin akan dapat menyelesaikan semua masalah yang ada tetapi setidaknya permasalahan pendidikan, seperti membuat proyek perpustakaan terbuka dan sarana lainnya bisa dilakukan di kemudian hari”, paparnya.
Sedikit kilas balik kegiatan :
✩hari pertamakedatangan, para relawan bersilaturahmi dengan masyarakat. Bapak Yani selaku administratur PTPN Rancabolang mengumpulkan masyarakat sekitar untuk berkumpul di aula. Seluruh relawan berkenalan dan bercerita tentang maksud dan tujuan kedatangan.
✩ hari kedua merupakan hari Ruang Berbagi dimana para relawan membagikan sedikit ilmu dan pengalamannya kepada guru dan tenaga pendidik. Ada 2 topik yang diangkat yaitu metode belajar kreatif dan motivasi guru. Kedua topik ini dibagi ke dalam empat sesi. Ada 23 guru yang hadir dari 36 guru yang terdaftar aktif mengajar di gugus 8 Kecamatan Pasirjambu dan 1 orang perwakilan UPT.
✩ hari ketiga merupakan hari Ruang Interaksi. Di hari ini, para relawan berinteraksi dengan masyarakat, baik itu anak-anak, remaja maupun orang tua. Disini para relawan membagi ke dalam 3 pos yaitu pos kesehatan, keterampilan dan kreativitas. Dan sore harinya, ada penampilan dari pos kreativitas dimana anak-anak dusun Rancabolang tampil dalam sebuah drama berjudul “Kampung bertabur bintang”.
✩ hari keempat merupakan hari terakhir kami di dusun Rancabolang. Relawan mengisi Ruang Inspirasi sebelum pulang. Ada 3 SD dan 1 SMP yang terlibat. Disini relawan berbagi cerita tentang pekerjaannya sehari-hari dengan tujuan bahwa ada ragam cita-cita di luar sana. Juga untuk memantik cita-cita, mimpi, semangat dan tekad anak-anak agar tidak padam.