Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh…
Satu kata yang bisa saya wakilkan untuk kegiatan yang luar biasa ini, satu hari mengajar di sekolah dasar bernama Kelas Inspirasi adalah It’s REMARKABLE!.
Kelas Inspirasi adalah program turunan dari gerakan Indonesia Mengajar. Gerakan ini punya konsep sebagai berikut:
Kelas Inspirasi adalah gerakan para profesional turun ke Sekolah Dasar (SD) selama sehari, berbagi cerita dan pengalaman kerja juga motivasi meraih cita-cita. Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka. Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.
And the story goes. Tidak menyangka menjadi bagian dari komunitas Kelas Inspirasi Bandung. Awalnya saya mendapat info dari kakak kelas yang ternyata sudah mengikuti di tahun sebelumnya. Lewat info yang beliau share di Facebook, saya taau tentang Kelas Inspirasi. Motivasi saya, the one and only,: BERBAGI. Tak berselang lama sampai akhirnya dinyatakan lolos seleksi sebagai relawan pengajar dan harus mengikuti briefing pada tanggal 8 Februari 2015. Yeah..saya siap!! ^^
Minggu pagi, 8 Februari 2015, kami para relawan berkumpul di Aula Gedung Sate untuk mengikuti Briefing KI. Ini pertama kalinya saya masuk ke kantor Pak Gubernur Jawa Barat loh hehe. Wow, luas sekali dan yang paling menakjubkan banyak yang hadir termasuk ada pasukan berkaos biru-biru yang ternyata panitia KIB 3. Saya mulai mendekati meja registrasi untuk konfirmasi kehadiran, saya pun melihat nama saya sudah tercantum di daftar peserta dengan nama pekerjaan bidan.
Rasanya pas masuk itu berasa banget energi positifnya. Kurang lebih 4 jam kami para relawan berkumpul dan mendengarkan pengarahan termasuk berbagi pengalaman dari akang teteh yang telah mengikuti kelas KI tahun sebelumnya. How to teach, how to make pleasure di depan kelas, berbagai macam tepuk wuuush. Hahaha, like this dan semua bekal untuk menghadapi hari pertempuran dengan anak-anak di kelas digeber habis. Kegembiraan dan kecemasan menghadapi adik-adik di kelas menjadi sebuah diskusi yang luar biasa meriah hingga siang.
Lalu terakhir kami dikumpulkan bersama teman-teman sekelompok untuk membahas teknis di Hari Inspirasi. Dan saya berada di kel 32 yaitu kel. SDN Lengkong Besar…Alhamdulillah
Kalian tahu bahwa di kel.32 itu pendampingnya Teh Lingga, teteh imut yang asik banget gayanya hehe. Di data yang ada di panitia, kami terdiri dari 23 orang relawan termasuk relawan dokumentasi. Tapi tidak semua hadir di acara Briefing tersebut. Oh iya kami berkumpul dan berkenalan satu sama lain. Wow, unik-unik sekali profesi kami, tak ada satupun profesi yang sama di antara kami. Mereka tidak hanya berasal dari Bandung, di antaranya ada juga yang dari luar Bandung seperti Jakarta dan Bekasi. Kami pun berkomitmen untuk berkomunikasi terus lewat whatsApp serta menyusun acara buat nanti mengajar di Hari Insiprasi.
Saya kenalin satu persatu yah. Hehe…
Kang Bubun: Polisi
Teh Poppy: Konsultan Perencanaan Keuangan
Mbak Sam Maria: Sutradara-Penulis-Produser
Mr. Mahra: Dosen
Aya: Penulis
Max: People & Culture Head
Mrs. Ratna: Pengusaha Craft
Anintya: Pembina UKS
Mbak Dian: Account Officer
Mr. Rizky : Back Office Staff
Arie: Pegawai BUMN
Intan: Maintenance Planner and Anaysis
Kang Achmad: Owner
Dini: HRIS Analyst.
***
Sepuluh hari menuju Hari Inspirasi, tak ada satu haripun yang kami lewatkan untuk tidak berkomunikasi. WhatsApp ramai terus, ide-ide terus mengalir. Kami sekelompok mulai dekat satu sama lain. Kami membagi tugas baik untuk survey ke sekolah, tentang pas nanti acara maupun yang membantu membawa ala-alat maupun kebutuhan lain untuk Hari Insiprasi. Oh sungguh beruntung sekali saya berada di kel.32, kami semua peduli satu sama lain, saling membantu satu sama lain, serta terbuka dengan berbagai ide. Luar biasa kompaknya kami, sampai akhirnya data terakhir itu ada 2 orang yang batal dan 1 orang yang sakit. Kami ber-20 siap terjun di Hari Inspirasi.
Bagaimana dengan persiapan saya mengajar? Hmmm….memikirkan hampir seminggu tapi konsep mengajarpun muncul 2 hari sebelum hari H. Profesi bidan? Apa yang harus saya sampaikan pada anak-anak? Benak berfikir terus dikejar deadline Hari Inspirasi. Hihi….Akhirnya nemu… Ok prepare semua kebutuhan untuk mengajar!!! 😀
Di Hari Inspirasi
Hari yang dinanti tibalah sudah, Rabu, 18 Februari 2015, udara yang dingin di subuh ini tidak menyurutkan saya untuk memulai aktivitas hari ini. Yah betul saja, ini kan Hari Inspirasi. Pukul 06.00 saya berangkat bersama teman saya orang Bekasi yang juga mengikuti KIB 3. Rasanya saya beruntung karena jarak Sukajadi ke Lengkong Besar itu tidak terlalu jauh. Dengan menempuh waktu setengah jam menggunakan kendaraan umum kami sampai di SDN Lengkong Besar. Bangunan sekolah dasar berlantai dua tepat di keramaian Jl. Lengkong Besar. Pagi itu Alhmdulillah kami tidak kesiangan walaupun sebelumnya belum survey tempat atau lokasi. Kami kemudian memberanikan diri untuk masuk ke sekolah tersebut melewati halaman sekolah yang cukup luas berlantai paving block. Siswa siswi berseragam sunda berlalu lalang dan rasanya perasaan ini mulai dagdigdug. Hehe…
Setelah berjibaku dalam diskusi di group WA hanya untuk acara ini, at least kami bisa bertemu lagi. Para relawan berkumpul di suatu ruangan kelas yang kosong. Kami bersapa satu sama lain dan menanyakan persiapan masing-masing. Senangnya berkumpul dan teman-teman seprofesi lain, Setelah dirasa para relawan telah berkumpul semua, kami pun melakukan briefing sebentar dipimpin oleh teteh pendamping kita. Karena kita sebelumnya telah membagi tugas, maka kita mengecek dulu tugas masing-masing. Kami juga bikin yel-yel loh. Wow dan ternyata liriknya kepanjangan, kami belum pada hapal karena begitu dadakannya.
Aaargh dan akhirnya kami pun memutar otak, dadakan banget bikin jargon. Pokoknya demi menyemangati anak-anak pas acara. Hehe..Jargonnya gini loh : Kelas Inspirasi Bandung, Membangun Mimpi Anak Indonesia. SDN Lengkong Besar, Cerdas Ceria Semangaaaatttt!!!! (sambil gerak tangan ^^)
Sebenarnya dari pukul 07.30, anak-anak sudah dikumpulkan di lapangan untuk mengikuti kesenian Sunda. Jadi tahu nih ternyata ada ritual kayak gitu setiap Rebo Nyunda hehe. Jadi ketika waktu tepat menunjukan pukul 07.45, kami akhirnya bersama-sama keluar dari ruang tunggu (Ceile…basecamp ceritana haha). Bismillah…. suasana pagi itu ramai bangettttts….saya merasakan energi positif dari anak-anak di SDN Lengkong Besar. Kami relawan terdiri dari 15 orang relawan pengajar dan 5 relawan dokumentasi. Kami relawan pengajar langsung posisi berdiri di depan menghadap anak-anak beserta para guru. Akhirnya kami masuk ke acara opening, dipimpin oleh dua MC kece, teteh Poppy dan akang Achmad… Sasanya begitu ramai. Anak-anak diperkenalkan Jargon Kelas Inspirasi. Wiiiih..luar biasa meriahnya. Antusias mereka sampai ke kita sebagai para relawan. Hehe…
Saat opening, kami dipersilahkan untuk memperkenalkan diri satu-satu. Kocaknya rencana untuk tidak menyebutkan profesi gagal total. Haha…payah. Sampai tiba akhirnya semua sudah memperkenalkan diri beserta profesinya. Anak-anak mulai gaduh karena sudah mengetahui profesi masing-masing kakak yang telah berdiri dihadapannya. Ada yang manggil-manggil Pak Polisi, Bu Bidan, dll. Dan akhirnya simbolis untuk pembukaan acara dimulai dengan memukul gong beserta ibu kepala sekolah.
Time in a class. Entering Fourth grade
Oke… jam pertama saya masuk di Kelas 4. Saya berjalan kemudian memastikan bahwa memang ini benar kelasnya. Hmmm… mata saya langsung tertuju ruangan kelas yang hanya ada 12 orang siswa di dalamnya. Dalam hati apa bener ini kelasnya, yo wess lah 100% saya buat seramah mungkin dan senyumku mengembang sambil berjalan menuju meja guru. Saya letakkan tas ransel serta jinjingan besar berisi phantom bayi, LCD Proyektor dan plus kabelnya.Haha..kebayang rempongnya saya waktu itu. Heu..sayapun dengan gesit mengeluarkan laptop, memasang LCD dan mengeluarkan semua properti yang dibawa.
Segera saya ucapkan kalimat pembuka, “Assalamualaikum warrohmatullahi wabarakatuh…Wilujeng Enjing adik-adik.” Ckckck…setelah menjawab salam saya anak-anak terdiam semua…satu anak tiba-tiba memberi sautan balasan… enjing oge bu bidaaan. Haha… *sayapun kaget*
Saya memastikan apa masih ada siswa yang di luar. Ooh…ternyataa memang hanya ada 12 orang di kelas ini. Hihi…. Saya pun berdiri di depan kelas memperkenalkan diri kembali. “Ada yang tau kakak bekerja dimana?” Anak-anak mulai ramai bersautan… ”Di Puskemas kak, di rumah sakit bu”, beberapa anak menjawab.
Saya mulai mengeluarkan alat bantu buklet berisi gambar yang sudah dicetak, ada gambar rumah sakit, gambar anak yang ditimbang di Posyandu, gambar anak yang diimunisasi dan ada gambar ibu hamil yang sedang diperiksa. Lalu saya mengeluarkan boneka bayi, wow begitu senangnya anak-anak melihat boneka yang mirip bayi sungguhan itu. Haha…
Di setiap jeda saya selalu memberikan ice breaking, sedikit dikit chit chat, anak-anakpun larut dalam semngat. Dalam hati masih pada semngat…untung masih pagi. Hihii…
Lalu saya mengajarkan mereka cara membedong bayi. Sungguh kagetnya saya ketika ditanya siapa yang mau mempraktekan, ada laki-laki yang duduk di pojok mengacungkan tangan dan bilang..”Saya bu!”, sahut siswa bernama Deden itu. Mantap, walaupun anak laki-laki dia jago membedong bayi loh, rapi ^^
Lalu saya mengajarkan gerakan cuci tangan diiringi dengan lagunya. Anak-anak berdiri dan mengikuti dengan riangnya. Dan disesi terakhir kami menonton video bersama. Saya memutarkan video tentang “LUNAS”. Ya intinya tentang kasih sayang orang tua. Anak-anak larut dalam kesedihan. Maap yah hihi….
Rasanya di jam pertama ini, masih cukup aman terkendali. Alhmdulilllah 😀
Entering third-class.
Di jam kedua, giliran saya masuk di kelas 3. Dari kelas yang ujung lanjut ke ujung lagi membuat nafas saya sedikit terengah-engah. Mungkin karena tidak ada jeda waktu juga dan keasyikan di kelas sebelumnya. Waktu sudah menunjukan terlambat 10 menit masuk ke kelas selanjutnya. Wow, berbeda dari kelas sebelumnya, kelas yang ini lebih luas, jumlah anaknya yang lebih banyak dan masih kecil dan imut-imut. Hmm… saya menarik nafas panjang…baiklah ini tantangan.. ganbatte! 😀
Seperti biasa saya menyapa mereka. Saya pun memperlihatkan wajah tetap semangat walau sebenarnya nafas ini masih terengah-engah. Fiuuhhh…. Sebelum saya memperkenalkan diri, beberapa anak-anak sudah ribut memanggil saya… “Bu bidan, bu bidaaaan.” Saya pun tersenyum dan menyuruh mereka tetap tenang dan menyuruh mulai duduk kepada anak-anak. “Oke, kalian boleh memanggil Teh Litlit saja” (biar sedikit bermuda..hihi). Mereka pun malah tertawa. Hohoo….
Sayapun bertanya, “Cita-cita kalian mau jadi apa sayang?” Seorang anak tiba-tiba celetuk… “Cie sayang cieee” Hahaha, ups! Sepertinya saya salah ngomong. Anak-anak menjadikan itu jadi bahan lelucon -__-
“Aku ingin jadi Messi, Bu,” sahut satu anak. “Aku ingin jadi polisi, Bu”. “Aku aku ingin jadi dokter, Bu”. “Aku ingin jadi artis Aliando, Buuu”. Lalu kami semua tertawa (Korban sinetron..hheu) Dan dari bangku depan tiba-tiba terdengar suara keras namun kurang mantap .. “Ingin jadi bidan kaya Teh Litlit.” Haha..saya pun tersenyum..aamiin
Suasanya di dalam kelas berlanjut ribut, saya pun mulai mengeluarkan jurus kesekian dari ice breaking yang sudah saya konsep. Hmm dan ternyata gak mempan di kelas ini. Fiuuuh.…seketika itu beberapa anak disuruh ke depan, namun mereka malah berdesak-desakan, sampai akhirnya ada yang terjatuh karena saling dorong-dorongan membuat saya geleng-geleng kepala. Di sisi lain, ada beberapa anak juga yang tidak merespon apa yang saya ucapkan. Ouh…ini rasanya dicuekin..hiks..hiks..
Banyak sekali kejadian di kelas yang membuat saya tersenyum, tertawa bahkan kaget. Anak-anak ini bukan nakal, tapi terlalu kreatif. Anak-anak ini bukan tidak bisa diam, tapi terlalu banyak kosakata. Tingkah polah mereka benar-benar membuatku berpikir, “Bagaimana bisa para guru, seorang pahlawan tanpa tanda jasa, bertahan selama puluhan tahun untuk mengabdi di sini? Belajar dan bermain dengan emosi mereka? Woow, luar biasa!”
Terakhir saya mengajak mereka menonton video “Kisah Pohon Apel”. Mereka belum tahu mau menonton apa dan beberapa anakpun bertanya ”Bu nonton apa? Ayo cepat atuh!” hahaha….mereka tidak sabar sekali, dasar anak-anak “Bukaan anak-anak, bentar yah”, sayapun menjawab sambil mengeluarkam laptop dan menyiapkan LCD yang belum terpasang.
Merekapun terlihat sangat antusias, semakin ribut dan saking kreatifnya pun mereka berinisiatif sendiri untuk mematikan lampu, menutup semua jendela di kelas mereka. Oh…sungguh terlaluuu 😀
Dan tejadi masalah. LCD proyektor tiba-tiba nggak nyala di kelas ini dan anak-anak terlihat sedikit kecewa. Akhirnya saya inisiatif untuk melihatkan dari laptop secara langsung, anak-anak berkumpul ke depan dan sayapun berdiri sambil memegang laptop sembari memperlihatkan videonya ke mereka. Ouuh… solusi yang lumayan walaupun pegal tangan nih. hehe…
Tak terasa waktu berlalu sudah. Anak-anak pun girang banget sudah jam istirahat. Wajah anak-anak yang kelaparan sudah terlihat di ruangan… kasian kalian nak. Saya pun lalu sadar untuk mengakhiri pembelajaran di kelas ini. Oke tidak terlalu aman, namun saya banyak belajar dari kalian anak-anak kelas 3. Alhmdulillah 😀
Entering Fifth grade
Kalian tahu bahwa ini adalah kelas favorit saya. Letak kelasnya di lantai dua ujung dan cukup tidak strategis sebenernya dan agak kelap ruangannya. Walaupun saya harus menaiki tangga, saya begitu bersemangat. Maklum udah makan cemilan..hihii
Bercermin dari pengalaman kelas sebelumnya, saya sudah mulai terbiasa mengendalikan anak-anak. Yeaah…asyiknya kondisi aman terkendali sekali. Saya menikmati mengajar di kelas 5 SD ^^ Luar biasa sekali, anak-anak kelas 5 SD sudah tahu profesi bidan, tempat kerja dan tugasnya. Saya tidak usah bersusah payah menggunakan alat bantu buklet agar mereka paham. Mereka bisa membedakan dengan profesi dokter, perawat, ataupun tenaga kesehatan lainnya. Siiipppp 😉
Di waktu sedang mengajarkan cara membedong bayi, saya diajak selfie pakai handphone oleh salah satu siswa. Sayackaget dan tentunya nggak mau nolak. Nih anak Zaman sekarang apa-apa selfie, kayak kakak ajah :p hhii…
Hampir beberapa anak perempuan di dalam kelas ketika awal ditanya ingin jadi bidan kaya Teh Litlit. Haha…padahal aku nggak provokasi loh 😀 Dan pertanyaan yang unik termasuk mencengangkan, dari seorang anak laki-laki. “Teh Litlit, kalo aku boleh jadi bidan nggak?” sambil tersenyum. Ckckk….saya tercengang sambil sedikit tersenyum, ”Nggak dong, bidan itu seorang perempuan, dik. Kalau mau seperti teteh, adik mungkin nanti bisa jadi perawat ataupun jadi dokter.” hoho..
Begitu senangnya waktupun berlalu cepat, di kelas ini kami semua bernyanyi bersama lagu “Kasih Ibu”. Anak-anak berdiri didepan, sambil merangkul teman di sebelahnya dan ikut larut dalam lagunya. Sampai di akhir, saya pimpin mereka untuk mengucapkan ikrar untuk giat belajar dan selalu berbakti kepada orang tua. Mereka berpelukan… They are very interested! (jadi rindu ) Di akhir sesi kami keluar kelas dan berfoto bersama di dekat tangga (terimakasih kak Denny relawan Dokumentasi ^^)
Ketika saya mau keluar kelas, anak-anak menjabat tangan saya dan menciup tangan. Sambil mengucapkan “Terimakasih, Bu Bidan”. Ya allah senangnya dalam hati… Terimaksih juga adik-adikku.. sayapun berteriak sambil melambaikan tangan keluar dari kelas. Luar biasaaaa..!!
Entering Sixth Grade
Kelas terakhir yang menjadi tugas saya. Shock! Karena murid-murid kelas 6 rata-rata bertubuh besar masuk remaja. Bahkan beberapa anak sudah pegang handphone. Materi pekerjaan saya nampaknya akan terpental di kelas 6 karena mereka terlihat sudah capek dan perhatian mereka sudah terlihat ingin pulang. Ice Breaking pun sedikit membantu mereka tetap antusias untuk mendengar celoteh saya di depan kelas. Fiuuuuuh lumayan -___-“
Akhirnya saya bercerita bagaimana menjadi bidan. Di luar konsep awal pengajaran, tapi yang penting berhasil mendiamkan mereka dan memberikan nilai-nilai semangat dan perjuangan. Waktu menunjukan Pukul 11.30, walaupun tidak cukup berkesan di kelas 6 ini. Alhamdulillah… well done. Hehe…
Acara hampir selesai, kami berkumpul kembali di lapangan sekolah untuk melaksanakan penutupan. Saatnya memperlihatkan pohon cita-cita mereka. Semua anak sudah menempelkan cita-cita mereka ketika di kelas. Dengan harapan pohon itu akan menjadi kenang-kenangan yang tak terlupakan dan motivasi ketika mereka belajar di kelas ketika melihat pohon tersebut. Hihi… kemudian terakhir kami bersama-sama menerbangkan balon. Semua larut dalam bahagia, balon menunjukan cita-cita mereka untuk menerbangkan inspirasi yang tinggi dan melambungkan cita-cita mulia mereka.
Saatnya balon terbang, horeeeeeeeeeeeee! Moment ini sungguh luar biasa.
Terakhir kami berfoto bersama anak-anak, guru-guru dan para relawan semua. Kalian tahu hal yang paling mengharukan itu menurut saya adalah ketika tiba-tiba sekelompok anak mengerumuni kami dan minta berfoto… ya Allah berasa artis :p. Ckckck…. ”Kami pengen foto sama Bu bidan”. Terharu. Hiks…
Tiba-tiba ada seorang anak perempuan menghampiri dan menanyakan, “Kakak sekolahnya dimana? Boleh minta pin Blackberry nggak?” Kaget saya. Hmmm… dalam hati niat banget ni anak… “Semangat yah rajin belajar nak”, Saya pun memeluknya :*
Di setiap kelas saya selalu berpesan, “Apapun profesi dan cita-cita kita semua itu mulia. Ketika kalian punya impian yang besar terus lakukan yang terbaik. Semangat belajar dan jangan lupa berbakti terhadap kedua orang tua”
SELESAI
Sebuah Pelajaran Berharga
Alhamdulillahirobbilalamiin, perjalanan merupakan proses ketidaktahuan. Mengenal berbagai karakter anak dan bukan sekedar berbagi tapi menginspirasi. Kini telah menjadi bagian dari keluarga Kelas Inspirasi Bandung, Jazakallohu khairon khatsiron.
Kelas Inspirasi bagi saya tidak hanya para profesional yang bisa menginspirasi adik-adik, justru kita sebagai profesional yang lebih banyak terinspirasi oleh adik-adik melalui tingkah polah mereka. Setiap detik yang bergulir, setiap kata yang terucap adalah pewarna untuk lapis generasi masa depan Indonesia.
Terpenting adalah bagaimana sebuah impresi itu harus lebih diutamakan daripada how to teach
them in a class. Sebuah kesan pertama yang benar-benar bisa dilihat dengan visual oleh adik-adik ketika sosok kita telah berdiri di pintu masuk kelas. Jika kesan pertama saja tidak bisa kita ciptakan, metode mengajar terhebat apapun akan gagal diberikan
Masih banyak rasa yang tak bisa saya tuang dan ungkapkan melalui tulisan ini. No doubt! Semua terlalu cepat jika hanya satu hari menginspirasi. Namun semoga Allah membukakan dan memudahkan jalan adik-adik, bahwa ketika saya bisa mereka harus lebih bisa. Aamiin…
Terkait ricuhnya keadaan bangsa ini, tugas kita bukanlah mengutuk kegelapan, mari menjadi satu lilin penerang bagi jiwa-jiwa kecil yang bersih dan suci.
Seperti Pak Anies Baswedan pernah sampaikan pada briefing Kelas Inspirasi terdahulu. “Profesi bisa lain, sektor boleh beda, tapi cinta kita kepada bangsa ini sama-sama dalam, tulus dan sepenuh hati, itulah kesamaan identitas kita semua.” Banyak yang bisa dipelajari dari masing-masing kita. Bertemu lagi adalah sebuah keharusan. Never stop for giving an inspiration! Kel. 32..SDN Lengkong Besar..go..go…gooo!!!
Untuk pendidikan di Bandung Raya, menurut saya secara umum sudah baik. Namun pasti masih banyak kendala, seperti walaupun berada di daerah perkotaan juga tidak menjamin tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap. Yak, itu yang saya temukan di lapangan. Tapi yang saya rasakan juga, perkembangan teknologi dan informasi sudah banyak diterima oleh anak-anak SD. Oleh karena itu, pengawasan dari berbagai pihak sebaiknya dilakukan. Saya menyarankan untuk kegiatan seperti Kelas Inspirasi ini bisa terus ditingkatkan, syukur-syukur ada hari tertentu dalam seminggu itu di sekolah yang dijadikan sebagai Kelas Wajib untuk mengispirasi anak-anak. Anak-anak dilatih untuk kreatif dan berjiwa pejuang, sehingga mereka tidak hanya mengenal satu profesi, tetapi wawasannya pun menjadi meningkat. Ini tugas kita semua.
Kelas Inspirasi, Bangun Mimpi Anak Indonesia!
Salam Inspirasi.
Lita Mulia