Pertama kali saya mengetahui Kelas Inspirasi dari teman dan beliau meminta saya untuk mengikutinya. Tidak lama setelah itu, saya langsung daftar di website www.kelasinspirasi.org dan setelah menunggu beberapa minggu endapatkan email dari pihak Kelas Inspirasi. Alhamdulillah saya terpilih menjadi inspirator.
Pada tanggal 8 Februari 2015, saya mengikuti briefing di Gedung Sate dan situ saya terdaftar menjadi inspirator di SDN Cirateun Kulon. Selama seminggu setelah dari acara briefing, saya masih memikirkan apa yang akan saya berikan kepada murid murid dengan dasar saya yang seorang consultant IT (Network Administrator). Akhirnya tanggal 18 pun tiba, saya cuma mempersiapkan kertas HVS 8 lembar yang sudah dicetak dengan gambar-gambar dari tokoh kartun.
Saya mengajar di tiga kelas, yaitu kelas 3, 1, dan 4. Setelah acara upacara dan perkanalan para inspirator, kami semua masuk ke kelas masing masing. Pertama masuk ke kelas 3 dan suasana tenang juga nyaman, tidak ada murid yang nakal, lari sana sini, semua tertib dan mengikuti apa yang saya instruksikan. Pertama masuk kelas, saya sangat tegang dan takut tidak bisa mengendalikan mereka.
Setelah perkenalan diri, saya langsung tanya apa cita citanya dan ternyata beragam sekali cita cita yang mereka pilih. Ada yang ingin menjadi dokter (umum, hewan, gigi dan kandungan), tentara, polisi, dan banyak lagi. Setelah acara perkenalan, saya bilang jangan ada buku di atas meja “karena hari ini kita belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar”
Setelah mengucapkan itu, mereka sangat antusias dan bersorak girang. Akhirnya saya memberikan instruksi membuat kelompok, lalu saya pilih ketua kelompok di antara mereka. Setelah itu saya bagikan HVS bergambar tokoh kartun kepada mereka. Setiap kelompok saya berikan 1 gambar, lalu saya robek menjadi 10-15 potongan.
Lalu ada yang bertanya, “Ini harus kita apakan, Pak?”. Saya sangat senang dengan murid tersebut. Dia gesit dan cekatan untuk bertanya. Saya jawab, “Kita akan bermain puzzle dan siapa yang kalah akan mendapatkan hukuman bernyanyi di depan kelas”. Mereka sangat girang dan rasanya ingin segera menyelesaikan tugasnya, tetapi saya tidak lupa sisipkan ilmu matematika di game tersebut. Sebelum game dimulai, saya instruksikan siapa yang cepat membereskan puzzle tersebut, pertama hitung jumlah puzzle, lalu tambah jumlah anggota kelompok kalian dan jumlah puzzle dikurangi anggota kalian. Setelah memberikan instruksi, saya ajak mereka untuk tepuk diam,
Tepuk Diam
tepuk 3x saat aku
tepuk 3x sudah tepuk
tepuk 3x maka aku
tepuk 3x harus diam
ssssttttttt
Setelah mereka bisa melakukan itu, saya lakukan sekali lagi dan game puzzle pun dimulai. Mereka berlomba untuk menjadi yang tercepat dan terbaik. Akhirnya setelah menunggu sekitar 10-15 menit, ada dari salah satu dari 4 kelompok tersebut yang selesai, lalu ketua kelompoknya maju dan menuliskan jumlah puzzle dan jumlah anggota lalu mereka menambahkan dan menguranginya. Setelah itu, bel pun berbunyi tanda ganti kelas. Ada hikmah yang diambil oleh saya di kelas 3 tersebut, “bahwa mereka lebih senang belajar sambil bermain” dan mereka sangat antusias dalam hal tersebut.
Selang berapa menit setelah keluar dari kelas 3, saya masuk ke kelas 1. Di situ saya mengenalkan diri sebagai seorang atlet dan membawa bola basket sebagai alat peraga. Setelah melakukan sedikit free style, saya memperkenalkan nama dan kegiatan saya lalu mereka tepuk tangan dengan sendirinya. Di situ saya sangat kagum kepada mereka. Setelah itu, mereka memperkenalkan diri dan menyebutkan cita citanya.
Keadaan di kelas 1 sungguh berbeda dengan kelas 3 karena suasana sedikit lebih ramai dan sangat asyik. Muka mereka yang tanpa beban dan masih polos menceritakan kejadian demi kejadian. Ada dari salah satu murid kelas 1 yang berteriak ingin belajar matematika, di situ saya senang sekali karena sungguh sangat antusias terhadap matematika. Saya ajarkan cara penambahan dan pengurangan, setelah itu mereka malah ingin belajar perkalian. Saya sedikit kaget karena di kelas 1 sudah belajar perkalian, sedikit tidak percaya saya ulang pertanyaan saya, “Apakah benar sudah belajar perkalaian?”
Dengan kompaknya mereka menjawab “Sudah, Pak.”. Baiklah saya ikuti kemauan mereka. Setelah saya mengajarkan perkalian, wali kelas 1 masuk ke kelas dan bilang bahwa murid belum belajar perkalian. Rasanya ingin nutup muka dan langsung keluar, tetapi di situ saya jelaskan ke gurunya bahwa ini permintaan murid dan mereka bisa. Hikmah yang saya ambil setelah mengajar murid kelas 1, alangkah baiknya untuk memberikan inspirasi kepada mereka mungkin dengan cara mengikuti kemauannya. Tetapi tetap kita yang menyetir karena semakin mengikuti keinginannya, maka mereka akan semakin nyaman dengan kita.
sungguh satu hari yang takkan pernah terlupakan untuk memberikan inspirasi kepada putra putri bangsa Indonesia. Apabila ada kesempatan selanjutnya, mungkin saya akan berpartisipasi kembali karena mengajar atau memberikan inspirasi itu sangatlah mengasyikan. Jangan pernah menyerah untuk berinspirasi dan bermimpi karena dari situlah arah tujuan kita. Terima kasih untuk Kelas Inspirasi yang telah memberikan kesempatan untuk bisa memberikan inspirasi di SDN Cirateun Kulon. Satu kata untuk Kelas Inspirasi: KEREN