Hari gini ikut kelas inspirasi? Telat nggak sih. Antara ya dan tidak. Iya, karena Kelas Inspirasi Bandung sudah dimulai sejak 2013 dan tahun ini adalah yang ketiga kalinya. Tidak, sebab untuk kegiatan positif tidak pernah ada kata terlambat. Berbekal inilah saya akhirnya mendaftar sebagai relawan pengajar di kelas inspirasi Bandung. Karena ragu dan merasa tidak pantas untuk menjadi relawan membuat saya mendaftar di menit akhir tepatnya 30 Januari 2015, sehari sebelum pendaftaran ditutup. Ketika menerima email bahwa saya lolos, rasanya tidak percaya. Kemudian bingung. Duh, nanti mau ngajar apa ya. Seperti apa mengenalkan profesi di bidang SDM kepada anak SD. Sampai tiba briefing 8 Februari 2015 di Gedung Sate saya masih tetap bingung. Untungnya d briefing ini kami, para calon pengajar mendapat bekal dari tim Kelas Inspirasi Bandung. Walaupun singkat, materi manajemen kelas dan sharing dari relawan Kelas Inspirasi Bandung 2 cukup memberikan saya gambaran apa dan bagaimana saya mengajar nanti.
Di briefing ini juga saya bertemu dengan teman satu kelompok. Saya ada di kelompon 40. Bersama seorang fasilitator, seorang videografer dan 3 fotografer serta 12 pengajar. Hari itu videografer dan fotografer datang lengkap sedang pengajar hanya 8 yang hadir. Kami saling berkenalan termasuk dengan perwakilan dari sekolah tempat kelas inspirasi dilangsungkan. Kelompok 40 mendapat kesempatan menginspiraai di SDN Babakan Ciparay Timur. Ada 10 kelas yang akan ikut dalam kegiatan ini.
Hari-hari sebelum hari inspirasi banyak persiapan yang dilakukan. Saya hanya sekali ikut pertemuan kelompok. Selanjutnya hanya memantau melaui grup Whatsapp. Persiapan kelompok bisa dikerjakan bersama. Tetapi persiapan rencana mengajar saya belum juga pasti. Saya banyak berdiskusi dengan teman kantor yang juga ikut kegiatan ini. Blogwalking pun saya lakukan untuk mencari bentuk pegajaran saya di kelas nanti. Akhirnya saya menggunakan media film dan gambar untuk menjelaskan tentabg profesi saya. Sisanya saya pasrah dan berencana mengikuti alur di kelas. Mungkin dari permaiann atau diskusi dengan siswa.
Saat yang dinantikan pun tiba. Tanggal 18 Februari 2015 kami berkumpul di sekolah. Setiap inspirator di kelompok saya bertugas mengajar di 4 kelas. Saya memulai dari kelas 4, lalu kelas 6A dan 6B kemudian kelas 5. Saya selalu membuka kelas dengan bermain tebak profesi. Caranya? Simple saja. Berdiri lalu bertanya. Dengan baju dan tampilan seperti ini, menurut kalian apa profesi ibu? Jawaban beragam pun saya dapatkan. Guru TK, suster, kasir sampai yang paling unik. Pelatih taekwondo
Kelas 4 berlangsung lancar. Saya masih agak gugup dan mencoba mencari cara mengajar yang tepat. Alhamdulillah, anak kelas 4 sangat antusias. Saya memulai dengan mengenalkan lingkungan kantor, menjelaskan pekerjaan saya dengan analogi kegiatan sekokah mereka. Saya jelaskan, bekerja sama halnya seperti sekolah. Ada jam yang harus dipatuhi. Ada teman yang harus dihormati. Selanjutnya saya mengajar di kelas 6A. Saya pikir kelas 6 akan lebih hidup. Ternyata saya salah. Kelas ini tenang sekali. Setelah menonton video dan melihat gambar, tetap tidak ada pertanyaan dari siswa. Alhasil saya lebih banyak bermain dan menghubungkan permainan dengan pencapaian cita-cita. Misalnya, kenapa permainan A bisa diikuti dengan baik oleh semua anak. Jawabannya karena fokus. Demikian juga cita-cita, bila mereka fokus tidak ada yang tidak mungkin. Hahaha, sudahlah yang penting nyambung dan kelas kembali hidup.
Setelah jeda istirahat, saya kembali masuk kelas 6. Kali ini kelas 6B. Nah, kelas 6 yang ini berbeda dengan sebelumnya. Siswanya lebih aktif. Di kelas ini ada siswa yang bercita-cita menjadi traveler. Saya minta dia maju dan menjelaskan apa itu traveler dan kenapa dia ingin menjadi traveler. Banyak teman sekelas yang menertawakan cita-citanya. Lalu saya jelaskan, anak-anak boleh menjadi apa saja. Mereka bisa menjadi apa saja. Asal mereka belajar, berdoa dan pantang menyerah. Lalu tibalah kelas terakhir. Suara saya hampir habis di saat masuk kelas 5. Alhamdulillah, kelas ini sangat seru. Anak-anaknya aktif dan banyak bertanya. Kami menonton video dan bermain, kemudian saya menjelaskan tentang profesi saya lalu kami bermain lagi. Rasanya kelas terakhir selesai sangat cepat.
Dari kelas pertama sampai terakhir, beragam pertanyaan mereka ajukan. “Ibu, boleh tidak cita-citanya dua?”, “Bu, kalau mau jadi ilmuwan bagaimana caranya?”, “Bu, kalau di kantor ada hukuman pegawainya dipecat ya? Ibu capek gak bekerja?”, Lalu mereka juga bertanya “Berapa gaji ibu?”. Hahaha, seru bukan. Sebisanya saya menjawab pertanyaan mereka.
Setelah semua kelas berakhir, kami berkumpul di halaman. Kami menari bersama anak – anak. Seru dan penuh tawa. Hari itu saya merasa bukan saya yang menginspirasi melainkan sayalah yang terinspirasi. Dari keberanian anak-anak itu. Orang dewasa kadang takut dan penuh pertimbangan. Tetapi anak-anak itu seandainya mereka mendapat lingkungan dan pendidikan yang tepat, saya yakin cita-cita mereka tidak hanya terhenti sebatas tulisan dan omongan. Akan ada saatnya cita-cita mereka terwujud dan mereka bangga akan itu.
Saya juga bersyukur ada di kelompok 40. Sungguh, saya belajar banyak dari teman-teman inspirator dan fotografer di kelompok. Mereka tidak hanya seru tapi juga sumber inspirasi nyata bagi saya. Terima kasih Kelas Inspirasi Bandung untuk kesempatan dan pengalaman hebat ini.